Pengelolaan Kali Bersih Kawasan Hulu Bendung Jangkok Untuk Menunjang Sektor Pariwisata Di Lombok Barat
Abstract
Seiring dengan dinamika pembangunan di Kabupaten Lombok Barat maka terjadi konversi lahan basah (wet land) yang cukup tinggi untuk fungsi bangunan, dengan kondisi luas wilayah tetap tidak mengalami perubahan, tentu akan menimbulkan dampak negatif terhadap kabupaten tersebut. Salah satu dampak negatifnya adalah peningkatan koefisien limpasan air hujan/air permukaan (surface run off) akibat tertutupnya permukaan tanah yang tadinya berfungsi sebagai daerah resapan air ataupun tempat parkir air (retarding pond).
Untuk mengendalikan daya rusak air, diperlukan langkah-langkah penanganan non-fisik melalui usaha konservasi, memelihara keberadaan, keberlanjutan, sifat, dan fungsi sungai agar alirannya tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Hal mendesak dan sangat perlu dilakukan adalah melakukan penyuluhan-penyuluhan secara kontinyu kepada masyarakat setempat untuk identifikasi kondisi sungai terutama di daerah sasaran dalam hal ini Desa Sesaot.
1.
Melalui program pengabdian pada masyarakat ini dapat diperoleh landasan dasar untuk menentukan konsep bentuk perlakuan pendekatan kultur dan budaya masyarakat yang dipakai dalam menanggulangi Program Kali Bersih yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil analisis jumlah angkutan sedimen pada Sungai Utama Bendung Jangkok yang terjadi sebesar 5,984 x10-3 m3/hari. Dan debit sedimen melayang (suspended load) pada Hulu Bendung Jangkok maksimum sebesar 22,355 ton/hari, sedangkan debit sedimen terendap pada Hulu Bendung Jangkok maksimum sebesar yaitu 1710,994 ton/. Dengan pendekatan ini nantinya dapat dijadikan bahan rekomendasi untuk menentukan skala prioritas penanganan Program Kali Bersih di Kabupaten Lombok Barat dalam menunjang program Nasional.